"Kisah di Balik kesalahan dalam pembuangan jarum di sharp container"

Malam itu, Sinta, seorang perawat senior di sebuah rumah sakit X, baru saja selesai mengambil darah pasien di UGD. Seperti biasa, ia menjalankan prosedur pembuangan jarum bekas ke dalam sharp container. Namun, ketika mencoba memasukkan jarum, ia merasa ada yang tidak beres.

Sharp container itu sudah terlalu penuh. Beberapa jarum suntik menonjol keluar, tidak terbenam sepenuhnya di dalam wadah. Dalam kondisi lelah setelah shift panjang, ia tetap berusaha membuang jarum tersebut. Tapi dalam sekejap—Cek!—ia merasakan tusukan kecil di jari telunjuknya.

Denyut jantungnya meningkat. Ia menatap sarung tangannya yang sobek, lalu ke arah jarum yang baru saja melukainya. Pikiran buruk langsung menghantui: Bagaimana jika pasien tadi memiliki penyakit menular? Apakah saya baru saja membuat kesalahan yang mengancam diri saya sendiri?

Rekan-rekan di UGD segera bergerak. Sinta diarahkan ke ruang tindakan untuk segera menjalani post-exposure prophylaxis (PEP). Dokter jaga pun melakukan asesmen risiko berdasarkan riwayat pasien. Waktu terasa berjalan lebih lambat dari biasanya.

Selama beberapa hari berikutnya, Sinta menjalani serangkaian tes dan pemantauan kesehatan. Meskipun hasil akhirnya menunjukkan ia aman dari infeksi serius, kejadian itu mengubah cara pandangnya terhadap keselamatan kerja. Ia menyadari bahwa bukan hanya dirinya yang lengah—tetapi juga sistem yang seharusnya mencegah kejadian ini.

Setelah insiden ini, rumah sakit mulai meninjau ulang kebijakan manajemen limbah medis. Mereka menyadari bahwa sharp container sering kali tidak diganti tepat waktu, meskipun standar keselamatan menyatakan bahwa wadah harus diganti saat mencapai tiga per empat penuh. Pengisian berlebih justru menciptakan risiko baru: jarum-jarum yang menonjol keluar dan berpotensi mencederai tenaga kesehatan.

Sejak saat itu, pengawasan terhadap pembuangan limbah tajam diperketat. Setiap shift diwajibkan melakukan pengecekan rutin, dan protokol penggantian sharp container diperbarui agar tidak ada lagi kejadian serupa. Karena di dunia kesehatan, keselamatan bukan hanya tentang pasien—tapi juga tentang tenaga medis yang merawat mereka. Satu prosedur yang diabaikan, satu standar yang tidak dipatuhi, bisa berujung pada risiko yang seharusnya bisa dicegah.

Add new comment

CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.
1 + 15 =
Solve this simple math problem and enter the result. E.g. for 1+3, enter 4.